Mutasi blue, aqua dan turquoise pada lovebird
Dipublikasikan di majalah BVA tahun 2014
Oleh Dirk Van den Abeele
MUTAVI, Research & Advice group
Ornitho-Genetics VZW
Blue
Mutasi blue pada lovebird diyakini berawal
dari jenis agapornis personatus. Sedangkan pada jenis fischeri, nigrigenis, dan
lilianae, mutasi blue diperoleh lewat hasil transmutasi. Mutasi warna *blue*
juga ada pada jenis roseicollis tapi semua hobbies roseicollis tahu bahwa itu
adalah hasil pengembangan dari turquoise, jadi secara genetik tidak ada mutasi
“true blue” pada jenis roseicollis. Sifat
penurunan blue adalah autosomal recessive dan secara teknis, mutasi blue adalah
akibat hilangnya psittacin secara keseluruhan atau dikenal dengan istilah CPR (Complete
Psittacin Reduction).
PPR – Partial Psittacine Reduction.
Mutasi blue sudah berkembang menjadi lebih
kompleks. Saat ini kita melihat adanya mutasi yang terlihat seperti berwarna
antara green dan blue alias tidak murni blue lagi. Warna sepeeti ini pernah
disebut dengan istilah “appleblueseagreen” dan seringkali dianggap sebagai true
blue. Bagi beberapa peternak mutasi PPR
(Partital Psittacin Reduction) sulit untuk dipahami dan warna mutasi seperti
ini sering terlihat seperti warna biru. Padahal sebenarnya warna seperti ini tidak
termasuk mutasi blue. Penjelasannya
begini, seperti pada mutasi eumelanin yang terdapat beberapa level pengurangan
jumlah eumelanin, pada mutasi psittacin juga terdapat beberapa level pengurangan
jumlah psittacin. Pengurangan seluruh psittacin disebut CPR seperti penjelasan
diatas sedangkan pengurangan sebagian psittacin disebut PPR. Hingga hari ini
tercatat ada dua jenis mutasi PPR yang berbeda pada lovebird, yakni aqua dan
turquoise.
Aqua.
Mutasi aqua adalah akibat dari berkurangnya
psittacin sebanyak 50% sehingga warna burung terlihat seperti antara hijau dan
biru. Mutasi ini dulu dikenal juga dengan sebutan seagreen, seablue, ivory,
pastel dan pastel blue. Tapi berdasarkan kesepakatan internasional, mutasi ini
akhirnya dilabel dengan nama “aqua”, singkatan dari aquamarine.
Sejauh ini mutasi aqua hanya terdapat pada
jenis roseicollis.
Turquoise.
Mutasi turquoise pada jenis roseicollis
sudah ada sejak tahun 70an sedangkan pada jenis fischeri dan personatus baru
ada beberapa tahun terakhir ini. Berbeda dengan aqua, turquoise mengalami
pengurangan psittacin yang bervariasi. Pada bagian tubuh, psittacin berkurang
hingga 90% sedangkan bagian sayap “hanya” mengalami pengurangan +/- 65%.
Hasilnya adalah tubuh burung berwarna hampir biru sementara sayapnya lebih
condong ke warna hijau. Pada jenis roseicollis, warna topengnya berubah menjadi
warna krem sedangkan pada jensi fischeri menjadi berwarna kuning. Inilah
sebabnya kadang ada peternak yang menyebutnya dengan istilah “yellow face”
padahal istilah yang tepat adalah turquoise.
Sementara pada jenis personatus, tubuhnya berubah menjadi berwarna biru
dengan bagian sayap cenderung berwarna hijau dan dada berwarna kuning muda.
Aqua dan turquioise kadang disebut dengan
istilah parblue (partial blue). Sebenarnya istilah ini tidak jelak tapi secara
pribadi saya lebih seuka menyebutnya dengan istilah PPR (partial psittacine
reduction). Baik aqua maupun turquoise memiliki sifat penurunan autosomal
recessive.
Beberapa hasil ternak yang bisa diperoleh:
aqua x green: (or green x aqua)
100% green/aqua
green/aqua x aqua:
50% chance of green/aqua
50% chance of aqua
green/aqua x green/aqua:
25% chance of green
50% chance of green/aqua
25% chance of aqua
turquoise x green:
100% green/turquoise
green/turquoise x turquoise:
50% chance of green/turquoise
50% chance of turquoise
green/turquoise x green/turquoise:
25% chance of green
50% chance of green/turquoise
25% chance of turquoise
Sejauh ini semuanya terlihat normal. Tapi
tidak demikian jika kita sudah mulai memasangkan aqua dengan turquoise atau
dengan blue dimana kombinasi ini akan memberikan kita warna menengah dan secara
langsung membuktikan bahwa aqua, turquoise dan blue secara genetik adalah alele
antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain mereka adalah mutasi dari
bl-locus yang sama atau variasi dari gen yang juga bertanggung jawab atas
mutasi blue murni.
Banyak yang tidak paham akan fenomena
multiple alleles. Kali ini saya akan mencoba menjelaskannya tapi bukan secara
teori tapi lewat kombinasi pasangan yang sudah dibuktikan hasilnya.
- Kita tahu bahwa jika memasangkan
dua jenis mutasi autosomal recessive yang identik, contoh: blue x blue, maka
semua anakan berwarna blue. Artinya kombinasi mutasi autosomal recessive x autosomal
recessive yang identik akan menghasilkan burung yang bermutasi (bukan wild
colour).
-
Jika kita memasangkan blue x wild
type maka hasilnya adalah semua anakan berwarna hijau split blue.
-
Jika kita memasangkan autosomal
recessive dengan autosomal recessive yang tidak identik, contoh blue (murni)
dengan NSL ino (murni), maka semua anakan berwarna hijau dan split kedua mutasi
tersebut.
Dari contoh diatas, bisa disimpulkan bahwa
jika kita memasangkan mutasi recessive dengan wild type, atau jika kita
memasangkan dua mutasi recessive yang tidak identik, maka hasil yang didapat
adalah bentuk wild type alias wild colour yang artinya mutasi tersebut adalah
recessive terhadap wild type.
Tapi hal yang berbeda akan terjadi jika
yang kita pasangkan adalah mutasi recessive yang merupakan allele satu dengan
lainnya. Contoh: jika kita memasangkan aqua dengan turquoise, maka kita tidak
akan mendapatkan anakan berwarna hijau split aqua dan turquoise seperti pada
kasus diatas (jika kita memasangkan dua mutasi autsomal recessive yang berbeda),
tapi hasil yang kita dapatkan burung dengan warna menengah. Artinya, jika kita
memasangkan dua mutasi recessive yang berbeda dan hasil yang didapat adalah
warna menengah, maka itu merupakan bukti bahwa kedua mutasi tersebut adalah
merupakan allele antara satu dengan lainnya. Dulu, banyak yang beranggapan
bahwa ini adalah sesuatu yang special sehingga diberikanlah nama yang aneh
aneh. Contiohnya bisa kita lihat pada jenis roseicollis, dimana kombinasi aqua
dengan turquoise diberi nama “apple green atau seagreen” yang akhirnya malah
menyesatkan sebagian peternak karena mereka berpikir nama yang berbeda adalah
merupakan mutasi yang berbeda padahal sebenarnya sama. Jika kita memasangkan
apa yang disebut “apple green atau seagreen” dengan burung berwarna hijau, maka
hasilnya adalah sebagian anakan split for aqua dan sebagian split for
turquoise. Tidak pernah ada split for “apple green atau seagreen”.
Untuk meghindari kesalah pahaman ini, maka
kita harus menggunakan istlah international yang sudah disepakati.
Untuk tampilan atau fenotipe yang merupakan
hasil dari kombinasi dua allele dari gen yang sama, kita tidak menggunakan nama
yang terpisah. Kita bisa menjelaskan kombinasi warna ini dengan hanya
menuliskan nama kedua mutasi tersebut. Contoh: kombinasi dari aqua dengan
turquoise disebut AquaTurquoise.
Perhatikan penggunaan huruf besar pada penulisan AquaTurquoise. Ini
gunanya untuk menjelaskan bahwa AquaTurquoise bukanlah merupakan mutasi tunggal
juga sebagai indikasi bahwa pada mutasi ini terdapat dua allele yang berbeda,
yakni aqua dan turquoise.
Mengapa ditulis AquaTurquoise dan bukan
TurquoiseAqua? Berdasarkan kesepakatan, warna yang paling sedikit mengalami
mutasi (paling mendekati warna wild type) harus diletakkan didepan. Berapa
persen pengurangan psittacin pada aqua dan berapa persen pengurangan psittacin
pada turquoise? Silahkan scroll lagi keatas dan baca ulang.
Jika kita memasangkan AquaTurquoise x
AquaTurquoise hasilnya adalah:
25% chance of aqua
50% chance of AquaTurquoise
25% chance of turquoise
green/aqua x green/turquoise:
25% chance of green
25% chance of green/turquoise,
25% chance of green/aqua
25% chance of AquaTurquoise.
green/aqua x turquoise:
50% chance of green/turquoise
50% chance of AquaTurquoise.
Berikutnya saya akan memberikan contoh
berdasarkan turquoise dan blue. Blue x
turquoise = 100% TurquoiseBleu (TurquoiseBleu yang terlihat seperti turquoise).
Kembali, perhatikan penggunaan huruf besar disini. Kombinasi lainnya adalah:
TurquoiseBlue x TurquoiseBlue:
25% chance of blue
50% chance of TurquoiseBlue
25% chance of turquoise
Untuk species dimana bisa ditemukan mutasi
blue, aqua dan turquoise, kita bisa melakukan lebih banyak variasi kombinasi
pasangan.
blue (homozygote)
turquoise (homozygote)
aqua (homozygote)
TurquoiseBlue
AquaBlue
AquaTurquoise
Salah satu masalah yang kita hadapi saat
ini adalah cara untuk membedakan antara mutasi turquoise dan TurquoiseBlue baik
pada jenis fischeri maupun personatus. Hipotesa saya, warna paruh bisa memberikan
jawaban apakah burung tersebut turquoise atau TurquoiseBlue. Tapi sekali lagi
ini hanya hipotesa dan sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya.
Tapi jika anda adaah peternak yang bijak, maka anda pasti bisa menjawab
pertanyaan tersebut jika burung tersebut adalah hasil ternak anda. Karena peternak yang bijak pasti menerapkan
administrasi yang baik dan memiliki catatan lengkap atas semua hasil ternaknya.
Perlu diperhatkan bahwa diluar pengurangan
psittacin, masih ada faktor lain yang mempengaruhi warna dari mutasi blue atau
PPR., antara lain:
Perubahan susunan bulu:
– Tingkat kelebaran spongy zone (yang juga
berhubungan dengan dark factor)
– Susunan nano keratin pada spongy zone (yang
juga bertanggung jawab atas violet factor)
Perubahan kimiawi:
– Jumlah psittacin yang masih tersisa
– Komposisi kimiawi dari psittacin yang ada
– Komposisi kimiawi dari keratin yang
membentuk bulu.
Efek genetik yang mempengaruhi warna:
– Jenis kelamin burung (berhubungan dengan
hormon)
– Kombinasi dengan allele PPR lainnya
– Kombinasi dengan mutasi lainnya seperti
slaty, misty, violet dll.
– Antisipasi atas locus turquoise (contoh
pada Agapornis roseicollis, dimana lewat seleksi yang ketat banyak terdapat
burung yang terlihat nyatis benar benar biru)
– Pindah silang kadang bisa menyatukan
berbagai faktor yang berlainan sehingga kita seolah olah melihat mutasi
yang berbeda.
– Pleiotropy (pengaruh dari beberapa gen
pada fenotipe), modifikasi gen (kombinasi gen yang menguatkan atau
melemahkan), translokasi (mutasi yang terjadi
akibat perpindahan segmen dari satu kromosom ke kromosom lain
yang bukan pasangan homolognya), dll.
Selain itu juga ada pengaruh dari luar:
cahaya, kondisi, dll
Semua proses ini bisa merubah warna tapi
tidak menjadikannya sebagai suatu mutasi yang baru. Jadi perlu anda catat bahwa
“perbedaan warna secara fenotipe” tidak selalu merupakan sebuah mutasi baru.
Catatan: Sumber artikel
adalah web Dirk Van den Abeele dan sudah diedit menjadi lebih ringkas dibanding
artikel aslinya.
No comments:
Post a Comment