1. Embrio kekurangan nutrisi
Induk burung, terutama burung betina, bisa saja mengalami
kekurangan nutrisi pada salah satu atau beberapa jenis nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Tetapi malnutrisi yang
paling berpengaruh terhadap penetasan telur justru vitamin dan mineral.
Hampir semua defisiensi vitamin berpotensi menyebabkan
kegagalan penetasan. Sedangkan jenis mineral yang cukup berpengaruh terhadap
penetasan telur adalah mangaan (Mn), seng (Zn), yodium (I), dan zat besi (Fe).
Untuk mengetahui detail dampak kekurangan vitamin terhadap
perkembangan embrio dalam telur, silakan klik di sini.
2. Induk betina sering meninggalkan sarang
Sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa periode awal dan periode
akhir penetasan / pengeraman telur membutuhkan konsistensi suhu dan pengeraman.
Apabila menggunakan mesin tetas, apalagi mesin tetas otomatis, hal ini mungkin
tak menjadi masalah.
Tetapi pada penetasan alami, atau telur dierami induknya,
ada beberapa problem yang kerap terjadi, sehingga telur tidak mendapat suhu yang
stabil pada kedua periode kritis tersebut. Problem yang sering muncul adalah
induk betina sering meninggalkan telur, sehingga kemungkinan menetas makin
kecil.
Penyebab utama induk betina sering meninggalkan sarang
adalah karena banyak kutu / tungau yang menempel pada bahan sarang, bahkan pada
bulu-bulu dan permukaan kulit induk betina. Terkadang induk tak sekadar
meninggalkan sarang.
Dalam kondisi kutu sudah sangat banyak, induk betina
biasanya akan stres dan merusak sarang serta telur-telur di dalamnya. Tidak
mengherankan apabila sejumlah penangkar sering mengeluh mengapa induk betina
membuang telurnya, atau bahkan mematuki telurnya sendiri hingga pecah.
Untuk mengetahui hal ini, Anda dapat memeriksa kondisi
sarang ketika induk betina keluar sebentar untuk makan atau minum. Jangan
sekali-sekali memeriksa sarang saat induk betina masih berada di dalamnya,
karena hal ini juga akan membuatnya stres dan berdampak sama buruknya.
Jika benar sarang penuh kutu, maka taburkan serbuk FreshAves
di bagian bawah sarang. Hal ini juga harus dilakukan ketika induk betina sedang
keluar sarang.
Selain itu, larutkan 5 gram serbuk FreshAves ke dalam 1
liter air, diaduk hingga merata, lalu dimasukkan ke dalam sprayer. Semprot
seluruh bagian kandang agar kutu, tungau, semut, nyamuk, dan parasit mati.
Air bekas semprotan yang sudah mengering ini juga akan
membuat semua hewan kecil itu tidak berani memasuki kandang. Usahakan hal ini
dilakukan rutin seminggu sekali, bahkan ketika induk sedang tidak berproduksi.
3. Induk betina terganggu induk jantan
Meski frekuensinya tidak terlalu sering, kasus ini beberapa
kali dialami sebagian penangkar, terutama penangkar kacer, murai batu, trucukan,
dan beberapa jenis burung lainnya. Dalam hal ini, induk betina yang sedang
mengerami telurnya, justru dirayu-rayu pasangannya untuk diajak kawin.
Kasus ini biasanya disebabkan induk jantan mengalami over
birahi (OB). Penyebabnya adalah porsi extra fooding (EF) terlalu berlebihan.
Induk betina yang terus diganggu menjadi stres, dan akan meninggalkan sarang,
membuang telur, atau bahkan memecahkan telur-telur yang sedang dierami.
Dampaknya mirip dengan induk betina yang meninggalkan sarang akibat banyak kutu
/ tungau, namun solusinya berbeda.
Dalam kasus ini, solusi yang bisa dilakukan adalah
memasukkan induk jantan ke dalam sangkar, namun sangkar tetap ada di kandang
penangkaran. Pada saat bersamaan, porsi EF dikurangi dari biasanya. Induk
jantan baru dikeluarkan dari sangkar jika piyik sudah dipisah dari induk
betina.
4. Kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas
Mesin tetas memang memudahkan penangkar dalam menetaskan
telur-telur indukan burung yang ditangkarkan. Selain bisa menampung telur dalam
jumlah banyak, semua telur juga bisa menetas dalam waktu bersamaan.
Tetapi kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas dapat
berakibat fatal, misalnya seluruh telur gagal menetas. Jarang sekali kekeliruan
dalam mengoperasikan mesin tetas hanya akan mengakibatkan sebagian telur
menetas dan sebagian lagi tidak menetas.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
mesin tetas antara lain :
- Suhu penetasan
- Kelembaban penetasan
- Kadar oksigen dalam mesin tetas
- Frekuensi pemutaran telur
Apabila Anda membeli mesin tetas, usahakan ada manual book
atau panduan mengenai cara penggunaannya. Kalau Anda membuat sendiri, silakan
cari dan baca referensi mengenai cara penggunaannya.
5. Telur terinfeksi bakteri atau virus
Ada beberapa hal yang membuat telur terinfeksi bakteri atau
virus, antara lain:
Telur terkontaminasi virus atau bakteri dari tangan orang
yang memegangnya. Hal ini bisa terjadi ketika Anda melakukan peneropongan telur
(pasti memegang telur bukan?). Bisa juga ketika Anda melakukan pemutaran telur
dengan tangan (jika Anda menggunakan mesin tetas non-otomatis).
Karena itu,
sebelum memegang telur, tangan dicuci dengan sabun antiseptik, atau menggunakan
desinfektan yang bisa dibeli di apotek dan toko kimia .
Mesin tetas jarang disucihamakan setelah digunakan. Banyak
penangkar yang begitu senang melihat telur-telurnya menetas, tapi lupa
membersihkan mesin tetas. Karena itu, biasakan setelah telur menetas, bagian
dalam mesin tetas disemprot dengan cairan desinfektan.
Kandang terkontaminasi bakteri atau virus yang dibawa vektor
tertentu yang masuk ke dalam kandang. Misalnya semut, nyamuk, kutu, tungau, dan
parasit lainnya. Untuk mencegah hal ini, kebersihan kandang harus selalu
dijaga. Biasakan kandang selalu dalam keadaan kering.
Sucihamakan kandang
menggunakan FreshAves setiap minggu, agar kandang terbebas dari semua vektor
pembawa bakteri dan virus.
6. Banyak getaran di lokasi sarang
Hal ini sering dialami para penangkar yang membangun kandang
dekat rel kereta api, pabrik yang peralatannya menimbulkan getaran, dan
sebagainya. Jika rumah Anda di dekat rel, namun getaran roda kereta api tidak
sampai ke rumah / kandang (biasanya sekitar 100 meter), ini tidak masalah
(soalnya dulu pernah ada yang bertanya seperti ini).
Bergetar atau tidak sebenarnya bisa dideteksi dari kaca
jendela. Kalau kaca terdengar agak gemerutuk, baik karena kereta api atau mesin
pabrik, berarti lokasi kandang tak cukup nyaman untuk penangkaran burung.
Getaran yang terlalu sering bisa membunuh embrio yang sedang
tumbuh. Kalau pun selamat sampai menetas, seringkali anaknya mengalami
kelumpuhan.
7. Embrio mengalami kesulitan di saat terakhir
Beberapa saat sebelum menetas, embrio di dalam telur
terkadang mengalami kesulitan dalam mengatur posisinya agar tetap bisa bernafas
dan menyerap makanan dari yolk sac(kantung kuning telur). Salah satu
penyebabnya adalah ketidakstabilan kelembaban dalam ruang mesin tetas, atau bahkan
dalam penetasan alami.
Jadi, sekali lagi, masalah suhu dan kelembaban mesin tetas
harus selalu diperhatikan. Khusus untuk induk betina yang mengerami telurnya,
selalu diperhatikan apakah sering meninggalkan sarang atau tidak.
Jika induk meninggalkan sarang untuk makan dan minum, itu
tidak masalah, karena biasanya akan segera kembali ke sarang. Tetapi kalau
berjam-jam meninggalkan sarang, apalagi sering mengusap-usap bulu dengan
paruhnya, itu pertanda banyak kutu dan tungau pada sarang dan tubuhnya (ingat
terapi FreshAves !).
8. Induk betina mengalami hypercalcaemia
Kalsium merupakan mineral penting untuk pembentukan kerabang
telur. Kalau kadar kalsium dalam pakan indukan terlalu rendah, kerabang telur
biasanya terlalu tipis dan mudah pecah.
Tetapi, kondisi berlebihan juga tidak baik. Kalau induk
betina mendapat asupan pakan dengan kadar kalsium terlalu tinggi, dan hal ini
berlangsung lama, potensi mengalamihypercalcaemia sangat besar.
Hypercalacemia adalah kondisi di mana kadar kalsium dalam
tubuh sangat tinggi. Gejala yang muncul adalah telur-telur yang dihasilkan
memiliki kerabang yang sangat keras. Dampaknya, menjelang menetas, embrio tidak
mampu memecah kerabang telur yang terlalu keras tersebut. Jika tidak dibantu
dengan tangan manusia, embrio pasti akan mati sebelum menetas.